Sby, pedulirakyat.id
Seyogyanya ikatan murid dengan guru, siswa dengan sekolah, dipupuk dengan nilai-nilai kasih. Ini bisa terjadi apabila proses belajar direkatkan dengan gembira. Baik hubungan mata pelajaran dengan peserta didik, maupun hubungan suasana tempat belajar dengan suasana hati siswa. Komponen pendidikan, seperti sekolah, guru, siswa, media pendidikan serta lingkungan setempat harus harmonis. Nah, hal demikian inilah yang bisa mengikat sampai kapanpun. Sehingga setiap pribadi mempunyai hubungan yang kukuh dengan sekolah. Maka, meskipun telah dilewati kurun waktu yang bertahun-tahun, tetap tersambung. Ini terbukti banyak acara reuni diadakan di setiap sekolah. Namun bila hubungan itu rapuh, itu akan seperti benang yang mudah putus.
Semuanya musti dipupuk lewat proses pembelajaran. Baik pelajaran eksak, sosial, keterampilan, olahraga ataupun seni sastra.
Heru Wijanarko, S. Pd, Guru SDN Tembok Dukuh 4 Surabaya mengatakan di sekolah tempatnya mengabdi telah menjalankan keharmonisan dalam setiap proses pembelajaran.
“Di sekolah kami ada pelajaran jujitzu, sepak takrauw, tari tradisional dan lainnya. Bahkan sekolah kami mempunyai ikon andalan berupa rumah pohon literasi. Bahkan ada kelulusan sekolah kami bernama Wahyu yang diterima di SMP Negeri 3 Surabaya lewat jalur prestasi. Karena handal dalam tari tradisional. Ini akan diingat terus oleh siswa,” kata Heru Wijanarko dengan sungguh-sungguh.
Untuk membuat hubungan harmonis antara siswa dengan sekolah, Abdul Malik, M. Pd, pengajar Bahasa Inggris ini berharap lingkungan sekolah yang bersih, gurunya ramah tamah, gurunya handal di bidang studinya, adil, disiplin, SPP relatif tidak tinggi.
Heru Wijanarko, S. Pd dan Abdul Malik, M. Pd, keduanya berpendapat bahwa semua kegiatan di sekolah harus yang bermanfaat, sungguh-sungguh dalam mendidik, sering silaturrahim.
Kalau sudah demikian, hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa dengan sekolah tidak akan rapuh.
Citizen – poedianto
Inspiratif.....mantap