Nurkholis
Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian UMM 2023
Tomat merupakan komoditas pertanian yang sangat merakyat karena semua kalangan baik rakyat kecil, menengah dan kelas atas butuh namanya buah tomat. Jumlah sirkulasi peredaran di pasaran sangat besar, pada umumnya di konsumsi dari rumah tangga, warung, café, perhotelan dan pabrik saus tomat. Konsumsi buah tomat dimasyarakat Indonesia sangat diminati karena berbagai macam fungsi dan khasiatnnya, akan tetapi gejolak harga tomat kadang mengalami tidak stabil harganya di pasaran umum sehingga masyarakat kadang risau dengan kondisi tidak stabilnya harga. Ketidaksetabilan harga hal ini dikarenakan akibat perkembangan produksi penanaman tomat yang tidak signifikan antara daerah kabupaten, propinsi dan antar pulau. Sebagian masyarakat menggunakan buah tomat untuk terapi pengobatan karena mengandung karotin yang berfungsi sebagai pembentuk provitamin A dan lycoppen yang mampu mencegah kangker. Buah tomat sebagai bahan terapi pengobatan juga dapat mencegah dan mengobati radang usus buntu, membantu penyembuhan penyakit rabun senja, mengobati penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C, membantu pengobatan penyakit gigi dan gusi, mempercepat penyembuhan luka, mengobati jerawat, mencegah pembentukan batu empedu pada saluran kencing, membantu penyembuhan penyakit scorbut, menjaga stamina, membantu penyembuhan penyakit lever, encok, TBC dan asma.
Menurut BPS tahun 2021 Produksi tanaman sayuran tomat dalam hitungan ton paling tinggi jawa barat (292.309), Sumatra utara (203.162), paling sedikit Riau (151), kep Riau (425), Jogjakarta (949). Kondisi produksi tidak stabil. berdasarkan BPS per tanggal 17 Maret 2023 Produksi tanaman sayuran tomat menurut kabupaten prov. Jawa timur dalam hitungan kwintal tahun 2021 (931.206), dan tahun 2022 (1.021.085). untuk wilayah jawa timur mengalami kenaikan dari tahun 2021 hingga 2022 sebesar 89.879 kwintal. Produksi tertinggi wilayah Malang tahun 2021 (430.905) dan tahun 2022 (454.192). menyusul kabupaten /kota Probolinggo tahun 2021 (76.000), tahun 2022 (66.472), untuk Pasuruan, Mojokerto dan madiun Nol. Dari data BPS tersebut terjadi ketidakseimbangan produksi antar daerah kabupaten /kota dari tahun 2021 – 2022 produksinya tidak stabil sehingga harga tomat mengalami kelonjakan dan ini menyebabkan stok (supplay) dari pada tomat masih kurang dan kebutuhan pasar meningkat, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi harga di wilayah tersebut. Sebenarnya melihat kondisi tersebut merupakan suatu peluang bagi petani-petani Indonesia untuk meningkatkan produkdsi tomat. Produksi merupakan hasil menurut bentuk produksi dari setiap tanaman sayuran, buah-buahan , biofarmaka dan tanaman hias yang diambil berdasarkan luas yang dipanen pada bulan/triwulan panen. Tomat merupakan tanaman sayuran buah semusim yang didapat dipanen kurang dari satu tahun.
Ketidak setabilan produksi tomat dapat menyebabkan harga pasaran tomat di berbagai daerah mengalami kenaikan bahkan juga penurunan harga besar-besaran saat produksi melimpah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik bahwa kondisi harga tomat asal Aceh Tengah dan Sumatra harga tomat terus merosot dari Rp. 14.000/kg menjadi Rp. 7.500/Kg. Karena pasokan dari luar aceh sangat banyak, sedangkan yang membeli stabil atau tidak mengalami kenaikan yang drastis sehingga harga tomat menurun. Menurut BPS rata-rata harga eceran tomat sayur per kg tahun 2017 (Rp. 13.814), tahun 2018 (Rp. 14.500). dan tahun 2019 (Rp.14.750). Haraga konsumen/eceran tomat di kota Bandung rata-rata tahun 2020 (Rp. 9.254,42), tahun 2021 (Rp. 10.376,55). Berdasarkan survey langsung di lapangan harga tomat per tanggal 23 Mei 2023 di pasar Singosari Malang sebesar Rp. 10.000 per kilo gram dan di pasar Blimbing tomat sayur Rp. 10.000 per Kg untuk tomat sayur, sedangkan untuk tomat buah juga Rp. 10.000 per Kg. Perkembangan harga tomat di pasaran sangat penting, karena apabila faktor harga dipasaran signifikan akan mempengaruhi pada jangkauan pasar untuk melakukan transaksi pembelian barang tersebut. Saat harga tomat mengalami kenaikan akan di persepsikan oleh para produsen tomat yaitu terjadinya sensitivitas pasar yang positip atau sentiment pasar positipf, karena kondisi tersebut berpengaruh pada kelancaran transaksi yang dipersepsikan bahwa dengan kenaikan harga para produsen tomat kesempatan untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang lebih besar dengan asumsi bahwa semakin banyak buah tomat yang terjual di masyarakat atau dibutuhkan masyarakat maka seorang produsen mendapatkan keuntungan secara maksimal dari hasil produksinya. Interfensi kebijakan pemerintah daerah juga sangat penting agar penentuan harga tomat terendah dapat diatasi sehingga kondisi harga tomat tetap stabil dan petani tomat tidak banyak yang mengalami kerugian saat harganya merosot drastis.
Kebutuhan buah tomat setiap hari selalu dibutuhkan masyarakat, biasanya para tengkulak mengambil dari petani buah tomat, kemudian di distribusikan ke pasar-pasar baik pasar besar maupun kecil. Buah tomat yang ada terdiri dari dua jenis yaitu tomat sayur dan tomat buah. Para petani mendapatkan keuntungan besar saat harga tomat naik dan sebaliknya petani merugi saat harga tomat turun sebab mulai dari pengolahan lahan, pesemaian, penanaman, perawatan, pemupukan, panen hingga pasca panen membutuhkan biaya. Kadang tidak menentu karena harga pupuk juga semakin mahal dan kondisi iklim yang tidak menentu, seperti musim hujan terus baik siang maupun malam yang menyebabkan tanaman tomat rusak dan biaya perwatan dan pengendalian hama juga tinggi.
Gejolak harga buah tomat juga dapat di sebabkan permintaan dari kota lain atau pulau meningkat sedangkan stok atau produksi menurun akibat cuaca yang ada. pada saat musim kemarau produksi tomat juga menurun sedangkan permintaan naik baik dari dalam daerah maupun luar daerah ataupun kota. Solusi untuk gejolaknya harga buah tomat yaitu dengan melakukan pergiliran tanaman dengan serempak, dan setiap tempat mempunyai waktu tanam dan panen yang tidak sama agar tidak mengalami banjir panen buah tomat di pasaran dapat dihindari sehingga harga tomat tetap stabil. Menurunnya produksi tomat juga diakibatkan musim hujan yaitu hujan yang tidak menentu yang menyebabkan tanaman tomat mudah terserang hama atau penyakit tanaman dan menyebabkan para petani gagal panen dan kondisi pertanian kita semakin sempit dengan adanya bangunan realestate.untuk menanggulangi permasalahan tersebut terdapat solusi buat petani kita yaitu dengan membuat Greenhouse dengan atap plastik UV konstruksi Galvalum atau menggunakan kayu atau bambu.
Pada musim hujan tersebut petani kita dapat menanam tomat dengan produksi stabil tanpa mengenal musim yaitu berbudidaya tomat dengan system pengairan menggunakan teknologi yaitu sistem tetes (dreep system) di dalam greenhouse. Pada System ini menggunakan polybag dengan media cocopeat, pupuk bokhasi padat atau pupuk organik, dan pasir. Pada sistem ini juga dapat mengkombinasikan tanah yang subur dan gembur agar tidak memerlukan biaya yang tinggi dalam proses produksi tanaman buah tomat. Solusi tersebut dengan demikian diharapkan agar buah tomat tetap stabil produksinya dan petani-petani Indonesia dapat menikmati jerih payahnya sebagai petani sukses.