Surabaya, pedulirakyat.id
Pembelajaran di sekolah ditentukan oleh input, proses dan autput. Bila tiga dimensi ini memadai, niscaya akan membuahkan hasil. Bila salah satu saja pincang, maka jalannya pembelajaran di sekolah akan terseok-seok. Agar bisa seperti yang diharapkan, maka seyogyanya menengok untuk meminta masukkan kepada sekolah yang satuan pendidikannya serupa.
Satuan Pendidikan Serupa ditandai dengan sekolah dan siswa yang karakteristiknya serupa. Bisa lokasi, lingkungan, budaya dan lainnya. Nah, kalau sudah demikian, Profil Pelajar Pancasila akan tampak.
“Bila menghadapi kendala bisa minta masukan dari sekolah lain. Sudah barang tentu sekolah yang satuan pendidikannya serupa,” terang Dr. Siyamta.
Dr. Siyamta, dari BBPMPV BOE, Malang memaparkan Kurikulum Merdeka bertujuan menjadikan Profil Pelajar Pancasila. “Tengaranya ada enam dimensi. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, gotong royong, mandiri, kreativ, kebhinekaan global serta bernalar kritis,” urainya di tengah In House Training bagi guru SMK Pariwisata Satya Widya Surabaya.
Modul belajar memuat tujuan belajar, substansi materi belajar, evaluasi. Bila dikonklusikan memuat tujuan pembelajaran, substansi belajar serta evaluasi belajar.
Tujuan pembelajaran atau intructional obyektif yang bermuara pada perilaku hasil belajar yang harapannya dimiliki, dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Ini semua akan sukses bila bentuk bahan ajar dikemas secara utuh dan sistematis. Di dalamnya memuat beberapa pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa. Apalagi siswa yang mengembangkan bakat.
Anggun Dwi Anggraini, kelas 12 Tata Boga 1 (Kuliner), mengatakan agar siswa mampu menangkap materi pelajaran, maka guru harus jelas dalam menerangkan pelajaran di kelas.
“Guru jelas bila menerangkan pelajaran di kelas, mudah dipahami, materinya jelas. Dengan demikian siswa mudah dalam menangkap materi pelajaran,” ungkap Anggun, sapaan akrabnya.
Mei Nur Aini dan Sakina Alia, kelas 10 Tata Boga 2. Keduanya mempunyai bakat melukis. Lukis animasi (Hinganbana Nyaomi) dan lukis natural (wajah orang, pemandangan). Keduanya sudah melukis sejak duduk di bangku sekolah dasar. SD Maryam, Surabaya dan SDN Mojo 3 Surabaya.
“Melukis membutuhkan imajinasi, sketsa, warna dasar dan cahaya,” kata keduanya.
Kesemuanya ini akan didorong oleh Kurikulum Merdeka.
Poedianto
Terimakasih Bapak, terus berkarya dan menulis nggih. Semoga sukses lancar dan barokah, Aamiin